Banyak orang salah kaprah, dengan hanya mementingkan aktivitas olahraga utama. Tanpa olahraga utama, tubuh memang tidak terlatih maksimal. Tapi, melatih persendian juga tak kalah pentingnya. Meski hanya berupa gerakan peregangan, jika tidak rutin dilakukan, bisa mengakibatkan kondisi lutut rapuh. Tidak hanya memancing cedera, tapi juga memengaruhi kondisi organ tubuh di hari tua.
BEDA TULANG DAN SENDI
Menurut dr. Samuel Oetoro MS SpGK, spesialis gizi dari Klinik Nutrifit, penyakit pada tulang dan sendi itu berbeda. Gangguan kesehatan tulang dikenal dengan osteoporosis, sementara gangguan kesehatan lutut disebut osteoartrosis. Jadi, otomatis fungsi dan penyakitnya pun berbeda.
Berlari di atas treadmill memang baik. Tapi, lagi-lagi, gerakannya jangan berlebihan. Untuk mencegah osteoporosis, olahraga weight barring excersice (gerakan yang membenturkan poros tubuh ke bumi) sangat dianjurkan. Di antaranya, berjalan kaki atau senam.
Untuk menjaga kesehatan sendi, termasuk lutut, beda lagi jenis olahraganya. Agar tidak terjadi osteoarthrosis, olahraga yang tidak berat bagi penderita kegemukan harus diperhatikan. Pasalnya, sendi bekerja menahan beban tubuh. Karenanya, kapasitas kerjanya bergantung pada bobot yang ditopangnya. Jika terlalu berat, maka persendian dipaksa bekerja lebih keras.
PERHATIKAN SEJAK USIA DINI
Dokter Samuel memang menyatakan bahwa kondisi rentan pada persendian terjadi setelah menginjak usia 40 tahun. Namun, perawatannya harus dimulai sejak usia dini, bahkan semasa kanak-kanak.
Pola hidup sehat, berulang kali ditegaskan oleh dr. Samuel sebagai kunci utama, yang diistilahkan dengan 4S (berpikir sehat, istirahat sehat, aktivitas sehat, dan makan sehat). Istirahat dianggap sehat, jika waktu tidur antara 6-8 jam setiap harinya, sementara aktivitas sehat berarti banyak melibatkan tubuh untuk bergerak.
Makan sehat adalah membiasakan pola makan teratur 3 kali sehari, dengan lebih banyak memilih karbohidrat kompleks yang mengandung serat (nasi atau kentang), ketimbang karbohidrat simpleks (gula).
Ikan merupakan sumber protein yang direkomendasikan, karena mengandung asam lemak yang menyehatkan (omega 3). Snack atau makanan ringan boleh saja dikonsumsi bagi mereka yang berbobot tubuh ideal. Pilihannya jatuh pada buah-buahan (kecuali durian), karena banyak mengandung mineral. Susu memang baik untuk tulang, tapi tidak dapat menjaga kondisi sendi.
Memperbanyak asupan sayur dan buah, mampu menambah kadar antioksidan pada tubuh untuk mengusir racun. Apalagi, kerusakan sendi sangat berhubungan dengan proses kerusakan oleh radikal bebas. “Radikal bebas merupakan zat yang merusak sel-sel pada tubuh kita, mengakibatkan timbulnya berbagai jenis penyakit regeneratif, termasuk sendi,” papar dr.Samuel.
OLAHRAGA UNTUK SENDI
Menurut dr. Samuel, dalam berolahraga, penting melakukan pemanasan dan pendinginan untuk menjaga persendian. Senam peregangan bukanlah olahraga inti. Sebab, gerakan yang dilakukan tidak maksimal mengolah tubuh, melainkan hanya untuk kelenturan. Komponen dari olahraga sendiri banyak ragamnya, antara lain kekuatan otot, kelenturan, serta kemampuan paru dan jantung, yang membutuhkan gerakan aerobik atau joging.
Dokter Samuel menjelaskan bahwa sendi merupakan bagian akhir dari otot, sehingga ada lapisan pembungkusnya. Setiap kali tubuh bergerak, otomatis bagian pembungkus sendi tersebut merenggang. Jadi, alangkah baiknya bila otot dan persendian dipersiapkan dengan terjadinya kondisi itu, dengan melakukan peregangan. Dengan demikian, saat olahraga inti dimulai, bagian persendian sudah siap, dan mampu menghindari cedera, akibat perenggangan atau robek.
Pemilihan sepatu olahraga yang tepat sangatlah penting. “Jangan menggunakan sepatu tenis untuk berlari, sebab rancangan bahan dan penyanggahnya berbeda. Sepatu tenis sudah dirancang untuk gerakan tubuh yang lebih lincah,” tutur dr. Samuel. Sol pada sepatu harus memiliki kemampuan untuk menyanggah yang sesuai dengan olahraganya, karena sol sepatu berfungsi sebagai bantalan. Sepatu ibarat shock breaker pada mobil, yang fungsinya meredakan guncangan saat bergerak.
Sumber : http://www.femina-online.com/issue/issue_detail.asp?id=147&cid=2&views=77
Selasa, Januari 06, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar